1. Urut Masalah. Pada saat Anda tidak mendapatkan sesuatu yang menjadi hak Anda (salah satunya mungkin pesanan barang salah kirim), biasanya nada suara akan meninggi, “Lho kok yang dikirim barang ini, sih!” Sebelum mengangkat ‘kapak perang’ sebaiknya Anda bertanya, “bukan barang ini yang saya pesan. Bisa tolong lihat order pengirimannya?” Biasanya –selain human error tentu saja- kesalahan terjadi karena misunderstanding. Anda menduga sudah menyampaikan pesan dengan benar, padahal belum tentu maksud yang sama tertangkap dengan jelas oleh di penerima pesan/ Anda perlu tambahan kesabaran untuk mengurutkan masalahnya dan tidak terlalu reaksioner. Mulailah dengan pertanyaan, bukan pernyataan.
2. Pilihlah Kata. Kosakata menjadi penting di sini. Kesalahan pemilihan kata akan menghambat Anda mendapatkan apa yang Anda mau. Setiap kata punya makna dan emosi (apalagi kalau ditambah intonasi, kan?). Sehingga, pemilihan kata dapat mengefisienkan usaha pencapain tujuan. Daripada menggunakan kalimat negasi seperti “Saya tidak terima” lebih baik diganti dengan “Apakah bisa diganti dengan…” Dibanding “Anda salah!” akan lebih efektif jika Anda lansung pada persoalan dengan mengatakan “Ada kesalahan dengan pasanan saya.” Sehingga, orang yang Anda complain akanmenganggapi pernyataan Anda sebagai masalah bersama, bukan pihak yang disalahkan.
4. Berpikir Positif. Tidak semua kesalahan terjadi karena kesengajaan. Dan bisa jadi, ketidaksesuaian yang membuat Anda tergerak untuk complain itu, tak selamanya salah. Mungkin sja memang sengaja diubah justru untuk lebih memudahkan. “Saya pernah diminta antri di lin yang berbeda ketika boarding. Antrian yang sangat panjang. Menyebalkan sekali. Ternyata line yag jumah pengantrinya lebih sedikit digunakan untuk penyandang cacat. Untung waktu itu saya belum ngomel. Sehingga, biar bagaimana pun, still, berpikir positif adalah penting.” Ujar Norman, Marketing, 33 th.
5. Berorientasi Solusi. Pada dasarnya Anda complain untuk mendapatkan kembali apa yang sudah menjadi hak Anda. Bukan untuk cari gara-gara, kan? Jadi, pada saat complain, tetaplah berorientasi pada solusi. Tidak perlu berlama-lama mencari siapa yang paling bersalah dan perlu ‘digantung’. Masalah tidak akan (atau lama sekali) selesai, energi habis, dan sisa amarah akan terbawa mimpi.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar